Pada hari Minggu tanggal 29 Juni mendatang,subpok bahasa Indonesia mendapatkan undangan untuk menghadiri acara Pagelaran Drama Tari "Si Pitung" yang bertempat di Anjungan Provinsi DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Bagi masyarakat Betawi, nama "Si Pitung" begitu melekat sebagai salah seorang pahlawan yang memperjuangkan kedaulatan NKRI. Ini adalah sekilas referensi pagelaran tersebut.
"Pagelaran Drama Tari Si Pitung"
Pada abad ke-19 sejak Pemerintahan Hindia Belanda di Daerah distrik penguasa Colomial Belanda yang dipimpin oleh seorang Jenderal bernama Tuan Schout Heyne telah menguasai tanah Betawi, dan mulai terasa kekejaman serta kekejian yang dilakukan oleh Belanda terhadap bangsa pribumi terutama rakyat kecil.Kejadian demi kejadian silih berganti, maka muncullah para jawara-jawara muda dari Betawi yang lahir di tengah masyarakat Rawa Belong sehingga membuat namanya terkenal di Tanah Betawi. Si Pitung kemudian menjadi target dan incaran bagi para Tuan tanah dan Kompeni Belanda yang pada akhirnya ia menjadi musuh no.1 di Betawi. Pengejarannya pun dilakukan sampai ke tempat perguruannya di daerah Rawa Belong dan terjadilah pertempuran sengit sehingga Si Pitung tertembak oleh Tuan Schout Heyne sampai akhirnya Ia menemui ajalnya. Kematiannya meninggalkan duka lara yang dalam di hati rakyat Betawi dan akhirnya nama Si Pitung dikenal Kepahlawanannya sebagai seorang pembela kebenaran dan kaum kecil oleh masyarakat setempat dan menjadi cerita yang bersifat Epos (Kepahlawanan).
"Pagelaran Drama Tari Si Pitung"
Pada abad ke-19 sejak Pemerintahan Hindia Belanda di Daerah distrik penguasa Colomial Belanda yang dipimpin oleh seorang Jenderal bernama Tuan Schout Heyne telah menguasai tanah Betawi, dan mulai terasa kekejaman serta kekejian yang dilakukan oleh Belanda terhadap bangsa pribumi terutama rakyat kecil.Kejadian demi kejadian silih berganti, maka muncullah para jawara-jawara muda dari Betawi yang lahir di tengah masyarakat Rawa Belong sehingga membuat namanya terkenal di Tanah Betawi. Si Pitung kemudian menjadi target dan incaran bagi para Tuan tanah dan Kompeni Belanda yang pada akhirnya ia menjadi musuh no.1 di Betawi. Pengejarannya pun dilakukan sampai ke tempat perguruannya di daerah Rawa Belong dan terjadilah pertempuran sengit sehingga Si Pitung tertembak oleh Tuan Schout Heyne sampai akhirnya Ia menemui ajalnya. Kematiannya meninggalkan duka lara yang dalam di hati rakyat Betawi dan akhirnya nama Si Pitung dikenal Kepahlawanannya sebagai seorang pembela kebenaran dan kaum kecil oleh masyarakat setempat dan menjadi cerita yang bersifat Epos (Kepahlawanan).