Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir dan batin

10.14.2008

Ketupat Malaysia

Saat libur Idul Fitri dan siswa kembali masuk, mereka meminta agar Subpok Indonesia mengadakan acara 'open house'. Permintaan tersebut dipelopori oleh siswa Malaysia yang sekaligus ingin memperkenalkan makanan lebaran khas Malaysia yang menjadi kebanggaannya, yakni ketupat Malaysia.

Setelah berdiskusi antara pihak Subpok dengan Senat, maka pada tanggal 10 Oktober ditetapkanlah acara 'open house' tersebut. Subpok Indonesia menyuguhkan masakan khas lebaran. Ketupat, opor ayam dan rendang serta sebagai pelengkapnya kerupuk udang dan emping menjadi menu utama siang itu . Tidak lupa pula, siswa Malaysia ikut mensponsori dengan memberikan sumbangan ketupat khas Malaysia.

Secara fisik, ketupat Malaysia memang memiliki perbedaan dari segi kemasannya. Kalau ketupat di sini kebanyakan dibungkus dengan daun, ketupat Malaysia justru dibungkus dengan plastik dan bentuknya lebih kecil. Begitupula dari segi rasa. Tentu saja ketupat berbungkus daun memiliki cita rasa yang lebih gurih (ini menurut saya). Namun bukan berarti ketupat Malaysia tidak nikmat rasanya. Buktinya? Semua ketupat Malaysia habis,tak meninggalkan sisa.

Acara 'open house' itu pun terbilang berjalan sukses. Seluruh siswa sangat antusias mendapatkan pengalaman rasa yang difasilitasi oleh Subpok Indonesia. Paling tidak mereka dapat merasakan kemeriahan lebaran meskipun tidak ikut merayakannya.


Pada akhirnya, dari semua menu yang disuguhkan,ternyata yang menjadi favorit siswa mancanegara adalah......emping. Nah !
Selengkapnya......

10.13.2008

Pembukaan KIBINA untuk Perwira SAF

Pembukaan Kursus Intensif Bahasa Indonesia (KIBINA) Tingkat Pemula IV bagi perwira Singapore Armed Forces (PA SAF) T.A. 2008 yang dihadiri oleh 8 peserta.

Kursus ini dilaksanakan selama lebih kurang 2 bulan atau akan berakhir pada tanggal 5 Desember 2008. Tidak banyak yang bisa diceritakan,karena mereka belum terlalu lama di sini. Akhirnya, kami ucapkan "Selamat datang para perwira SAF"
Selengkapnya......

9.25.2008

Paparan Calon Siswa Suspan Sesko XXIV


Pada tanggal 24 September ini calon siswa Suspan Sesko melaksanakan paparan dengan mengambil tema Sistem Demokratisasi.

Kedua kelas digabungkan untuk kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok yakni kelompok pro dan kelompok kontra. Diskusi berlangsung sangat menarik karena kebanyakan siswa menyajikan hasil karyanya secara maksimal. Hal itu bisa jadi karena memang sejak beberapa hari sebelumnya mereka telah diberi kesempatan untuk mencari bahan atau referensi yang relevan dengan tema yang telah diberikan sekaligus untuk menyempurnakannya sehingga paparan yang disajikan kelak dapat tampil secara optimal. Sayangnya, beberapa siswa seperti siswa dari Singapura tidak dapat ikut dikarenakan harus mendahului pulang ke negaranya.


Selengkapnya......

9.18.2008

Pembukaan Casis Sesko TNI VII

Tanggal 2 September lalu telah dilaksanakan Pembukaan Casis Sesko TNI VII yang dihadiri oleh 2 peserta dari negara India dan Burkina Faso.

Dari kedua siswa, salah satunya telah memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang lebih dari yang lainnya. Maklum saja, siswa dari Burkina Faso tersebut yakni bapak Quedraogo Saidou pernah menjadi siswa pada Kursus Intensif Bahasa Indonesia sekitar tahun 2004 silam. Maka tak heran jika beliau begitu fasih bercakap-cakap menggunakan bahasa Indonesia dan telah sangat mengerti mengenai kemampuan dasar bahasa Indonesia. Namun hal tersebut justru memacu semangat siswa yang lain untuk mendalami bahasa Indonesia dan tentu saja itu menjadi tantangan tersendiri bagi semua instruktur untuk melahirkan bapak Saidou Saido yang lain ....
Selengkapnya......

8.26.2008

Radio Streaming Berbahasa Jawa

Sekarang telah muncul radio streaming yang berbahasa Jawa. Mungkin istilah radio streaming terdengar biasa karena dalam dunia maya, radio streaming (biasanya juga disebut dengan radio internet). Singkatnya radio streaming adalah station radio yang siarannya dapat didengarkan melalui internet di komputer kita. Tetapi hal itu menjadi sesuatu yang tidak biasa karena radio tersebut berasal dari salah satu negara di Amerika Selatan, tepatnya di negara Suriname.

Dalam radio ini, semua dialog yang dipergunakan baik berita, lagu-lagu, maupun iklan menggunakan bahasa Jawa, walaupun sesekali disisipi bahasa Belanda.

Menurut sebuah sumber, bahasa Jawa yang digunakan di Suriname agak sedikit berbeda dengan bahasa Jawa yang digunakan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebab bahasa Jawa yang digunakan di Suriname hanya diwariskan secara turun-temurun, mulai dari orang Jawa yang datang ke Suriname melalui perbudakan di zaman penjajahan Belanda lebih dari 100 tahun yang lalu. Sampai sekarang, sudah tiga generasi yang pernah hidup di negara tersebut. Bahasa Jawa tersebut bukan bahasa Jawa halus atau kromo inggil seperti bahasa Jawa di Yogyakarta, tetapi bahasa Jawa yang sedikit kasar atau ngoko.

Orang Jawa datang ke Suriname dengan banyak cara, tapi ada juga yang dipaksa atau diculik dari desa-desa oleh Belanda saat itu. Tak hanya orang Jawa saja yang dibawa, namun ada juga orang Madura, Sunda, Batak, dan daerah lainnya yang semua keturunannnya menjadi orang Jawa alias Jawa Suriname.

Bukan hanya bahasa Jawa saja yang diwariskan kepada generasi selanjutnya dari komunitas bangsa Jawa Suriname ini, melainkan juga budaya dan semua hal menyangkut Jawa turut dikembangkan di Suriname, termasuk Wayang.

Nah, penasaran seperti apa logat bahasa Jawa ala Suriname? Anda bisa klik gambar di bawah ini untuk mendengarkan radio streaming berbahasa Jawa Suriname.




Selengkapnya......

8.21.2008

Widyawisata

Tanggal 19 Desember lalu, siswa Kursus Intensif Bahasa Indonesia Tk Dasar ke-47 dan instruktur beserta staf subpok Indonesia melaksanakan widyawisata ke Taman Safari. Baru seperempat perjalanan, melewati pintu tol Cibubur, bis mendadak 'bermasalah' dan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena beresiko. Mau tidak mau kami harus menunggu bis pengganti. Meskipun cukup menyita waktu, tetapi waktu menunggu tidak terasa membosankan karena diselingi canda tawa.

Setelah bis pengganti datang, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Mendekati kawasan Cisarua, kemacetan mulai terjadi. Panas dan lapar mulai terasa. Untunglah, pada akhirnya kami tiba juga di kawasan Taman Safari. Udara segar dan sejuk seketika menyeruak. Ah,nikmat....sekali. Cape pun langsung hilang.

Usai membeli tiket,kami mulai 'mengunjungi' aneka satwa koleksi Taman Safari. Sepanjang perjalanan, siswa tampak antusias sekali (meskipun beberapa sebelumnya pernah mengunjungi Taman Safari). Hampir setiap momen diabadaikan oleh kamera atau kamera hp yang dibawa oleh setiap siswa. Hampir setiap saat pula kami tertawa karena siswa saling 'mengejek' satu sama lain. Misalnya ketika tiba di kandang orang utan,Pak Bandhul (siswa dari India) memanggil "Kun...,Kun..." untuk mengolok-olok Pak Kun Vuthy (siswa dari Kamboja). "Ayo,Pak Kun...,mana yang perempuan dan mana yang laki-laki..? begitu olok-olok siswa. Bukan Pak Kun namanya kalau tidak membalas dan tetap santai. Dengan enteng dia menjawab,"Yang besar itu pasti laki-laki, yang kecil pasti perempuan...". Kami pun langsung gerrr....

Setelah semua satwa telah kami datangi, sampailah kami di tempat rekresi Taman Safari. Awalnya kami berencana untuk makan siang, tetapi kami harus menunda karena mengejar waktu untuk menonton pertunjukkan anjing laut dan live 'Cowboy Show'.

Sepulangnya dari 'Cowboy Show', hujan rintik-rintik mulai turun. Makan siang pun semakin terasa nikmat. Para siswa tampak senang karena mendapat fasilitas makan siang gratis.Selesainya makan siang, kami sempat mampir ke zona baby zoo. Kebanyakan siswa ternyata belum pernah masuk ke zona tersebut.

Akhirnya,baby zoo menjadi ujung perjalanan wisata kami. Sebelum meninggalkan Tanan Safari tak lupa kami membuat kenang-kenangan dengan berpose tepat di depan exit baby zoo.

Sesampainya di bis, melihat kami semua kelihatan lelah dan kantuk, Pak Bandhul mengucapkan "Selamat tidur semuanya........" lalu terdiam sejenak. Kemudian sambungnya lagi "Tapiii.....tidak untuk Anda," katanya sambil tersenyum panjang kepada Anton,supir bis kami.
Selengkapnya......

8.20.2008

Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia

Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai sekarang, tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang kemudian.

Kita masih ingat pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu itu belum menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca , yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.

Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang berusaha untuk mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.

Ejaan latin untuk bahasa Melayu mulai ditulis oleh Pigafetta, selanjutnya oleh de Houtman, Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert, dan Joannes Roman. Setelah tiga abad kemudian ejaan ini baru mendapat perhatian dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen pada tahun 1901.

Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo, yang sembilan tahun kemudian terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan baru. Perubahan tersebut terlihat, antara lain, seperti di bawah ini.


Van Ophuijsen 1901 : boekoe, ma’lum, ’adil, mulai, masalah, tida’, pende’

Soewandi 1947 : buku, maklum, adil, mulai, masalah, tidak, pendek

Perubahan Ejaan bahasa Indonesia ini berlaku sejak ditetapkan pada tahun 1947. Waktu perubahan ejaan itu ditetapkan rakyat Indonesia sedang berjuang menentang kembalinya penjajahan Belanda. Penggunaan Ejaan 1947 ini yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, sebenarnya memancing reaksi yang muncul setelah pemulihan kedaulatan (1949). Reaksi ini kemudian melahirkan ide untuk mengadakan perubahan ejaan lagi dengan berbagai pertimbangan mengenai sejumlah kekurangan.

Gagasan mengenai perubahan ejaan itu muncul dengan nyata dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954). Waktu itu Menteri Pendidikan dan Kebudajaan adalah Mr. Muh. Yamin. Dalam kongres itu dihasilkan keputusan mengenai ejaan sebagai berikut :
1. Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu huruf.
2. Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh satu badan yang kompeten.
3. Ejaan itu hendaknya praktis tetapi ilmiah.

Keputusan kongres ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah, yang menghasilkan konsep sistem ejaan yang disebut Ejaan Pembaharuan. Namun Ejaan ini tidak dapat dilaksanakan karena adanya beberapa huruf baru yang tidak praktis,yang dapat memengaruhi perkembangan ejaan bahasa Indonesia.

Terilhami oleh Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954), diadakan pula kongres bahasa Indonesia di Singapura (1956) yang menghasilkan suatu resolusi untuk menyatukan ejaan bahasa Melayu di Semenanjung Melayu dengan ejaan bahasa Indonesia di Indonesia. Perkembangan selanjutnya dihasilkan suatu konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia). Namun, rencana untuk meresmikan ejaan ini pada tahun 1962 mengalami kegagalan karena adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.

Pada tahun 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) membentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono dan mengusulkan konsep baru sebagai ganti konsep Melindo.
Pada tahun 1972, setelah melalui beberapa kali seminar, akhirnya konsep LBK menjadi konsep bersama Indonesia-Malaysia yang seterusnya menjadi Sistem Ejaan Baru yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kalau kita beranalogi dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, EYD dapat disebut Ejaan Mashuri, karena pada waktu itu Mashuri sebagai Mnteri Kebudayaan memperjuangkan EYD sampai diresmikan oleh presiden.

Ada empat ejaan yang sudah diresmikan pemakaiannya yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
2. Ejaan Soewandi (1947)
3. Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
4. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1975)

Sistem ejaan yang belum atau tidak sempat diresmikan oleh pemerintah adalah :
1. Ejaan Pembaharuan (1957)
2. Ejaan Melindo (1959)
3. Ejaan LBK (1966)


(Suhaeni)


Selengkapnya......

8.07.2008

Ulang Tahun

Selasa lalu, ibunda kami; ibu Suhaeni merayakan ulang tahunnya yang ke... (beliau lahir tahun 1961). Diam-diam siswa telah mempersiapkan semuanya, termasuk membeli birthday cake beserta lilinnya. Sebelum makan siang, seluruh siswa dan staf berkumpul di ruangan subpok. Kami semua menyanyikan lagu 'Happy Birthday" kemudian Ibu Eni dipersilakan memotong kuenya dan mendapat pula kesempatan pertama untuk memakan kue tersebut. Satu persatu yang hadir mendapat sepotong kue. Hmm... yummy....
Setelah semua selesai makan, Ibu Eni berkata,"Mari kita kembali ke kelas..". Hehehe.. padahal siswa berharap dapat potongan selanjutnya, yakni potongan jam pelajaran alias tidak ada pelajaran selanjutnya.

Seandainya birthday cake-nya lebih besar, mungkin bisa lebih lama diskon waktunya Pak... (kata saya dalam hati).

"Selamat ulang tahun Ibu Eni. Semoga sehat selalu dan senantiasa diberi kebahagiaan."
Selengkapnya......

6.26.2008

Si Pitung

Pada hari Minggu tanggal 29 Juni mendatang,subpok bahasa Indonesia mendapatkan undangan untuk menghadiri acara Pagelaran Drama Tari "Si Pitung" yang bertempat di Anjungan Provinsi DKI Jakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Bagi masyarakat Betawi, nama "Si Pitung" begitu melekat sebagai salah seorang pahlawan yang memperjuangkan kedaulatan NKRI. Ini adalah sekilas referensi pagelaran tersebut.

"Pagelaran Drama Tari Si Pitung"
Pada abad ke-19 sejak Pemerintahan Hindia Belanda di Daerah distrik penguasa Colomial Belanda yang dipimpin oleh seorang Jenderal bernama Tuan Schout Heyne telah menguasai tanah Betawi, dan mulai terasa kekejaman serta kekejian yang dilakukan oleh Belanda terhadap bangsa pribumi terutama rakyat kecil.Kejadian demi kejadian silih berganti, maka muncullah para jawara-jawara muda dari Betawi yang lahir di tengah masyarakat Rawa Belong sehingga membuat namanya terkenal di Tanah Betawi. Si Pitung kemudian menjadi target dan incaran bagi para Tuan tanah dan Kompeni Belanda yang pada akhirnya ia menjadi musuh no.1 di Betawi. Pengejarannya pun dilakukan sampai ke tempat perguruannya di daerah Rawa Belong dan terjadilah pertempuran sengit sehingga Si Pitung tertembak oleh Tuan Schout Heyne sampai akhirnya Ia menemui ajalnya. Kematiannya meninggalkan duka lara yang dalam di hati rakyat Betawi dan akhirnya nama Si Pitung dikenal Kepahlawanannya sebagai seorang pembela kebenaran dan kaum kecil oleh masyarakat setempat dan menjadi cerita yang bersifat Epos (Kepahlawanan).

Selengkapnya......

6.13.2008

Ayo ke PRJ !

Bosan jalan-jalan ke mall atau tempat-tempat hiburan biasa? Ke PRJ saja...

Bila ingin lihat berbagai kemeriahan sambil berlibur dan berbelanja bersama keluarga dekat anda, datang dan kunjungi Jakarta fair 2007 pada 12 Juni - 13 Juli 2008.Pada penyelenggaraan Jakarta Fair 2008 yang digelar selama 40 hari nonstop kali ini, pengunjung akan disuguhkan berbagai fasilitas baik itu hiburan, sarana belanja juga rekreasi keluarga.

Sejumlah program acara menarik akan disiapkan secara khusus untuk pengunjung Jakarta Fair 2008. Selama sebulan penuh sejak hari pertama hingga akhir puluhan artis ibukota akan menghibur anda semua di arena open space panggung utama Jakarta Fair 2008.

Kemudian sejumlah acara menarik khusus keluarga dan anak-anak juga akan di gelar di area Gambir Expo, Kemayoran. Selain akan menampilkan sarana food court dengan masakan khas modern dan tradisional, produk-produk fashion dapat dinikmati dengan indahnya danau yang berada tepat di tengah-tengah area Gambir Expo Kemayoran.


Tidak itu saja, sejumlah perusahaan yang tergabung dalam peserta pameran Jakarta Fair 2008 demi menarik pengunjung akan selalu menggelar acara-acara menarik lainnya, seperti live music dengan artis-artis top ibukota, penarikan hadiah langsung, plus discount-discount.

Saran kami, persiapkan diri Anda sebaik mungkin. Pilihlah waktu yang tepat, misalnya jangan datang bertepatan pada hari Sabtu malam karena biasanya jumlah pengunjung lebih banyak dari biasanya. Yang tak kalah penting juga, persiapkan tenaga yang cukup. Maklum, lokasi PRJ yang sekarang ini dahulunya adalah lapangan terbang Kemayoran yang telah "disulap" menjadi arena Pekan Raya Jakarta.

Oya, bagi Anda yang belum pernah mencicipi salah satu makanan khas masyarakat Betawi yakni kerak telor, jangan lupa untuk singgah di sepanjang jalan setelah pintu keluar area parkir. Para penjaja makanan tersebut siap membuat kerak telor andalan mereka. Pilih saja, mau pakai telor bebek atau telor ayam. Dijamin tidak mempengaruhi rasa yang dikandungnya.
Selamat berwisata belanja dan kuliner !
Selengkapnya......

6.04.2008

Kebudayaan Daerah

Wayang golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Barat. Daerah penyeberannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang golek.

Wayang golek sudah ada sejak beberapa ratus tahun yang lalu, bahkan di zaman para wali pernah dijadikan media syiar Islam yang sangat efektif. Media utama pergelaran wayang golek adalah boneka yang terbuat dari kayu yang ditatah/diukir, dicat, diberi busana dan karakter sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan.

Fungsi wayang golek di tengah-tengah masyarakat memunyai kedudukan yang sangat terhormat. Di samping sebagai sarana hiburan yang sehat, wayang golek juga berfungsi sebagai media penerangan dan pendidikan, baik itu tentang moralitas, etika, adat-istiadat atau religi. Yang tak kalah pentingnya wayang golek itu pun berfungsi sebagai upacara ritual penolak bala, yang disebut ngaruat.


Sampai saat ini wayang golek masih tetap digemari oleh masyarakat Jawa Barat, baik tua ataupun muda. Wayang golek masih sering dipergelarkan pada berbagai pesta keramaian seperti khitanan, perkawinan, perayaan hari-hari besar, malam penggalangan dana, sebagai kaul/nazar, atau ngaruat untuk memohon berkah dan keselamatan.

Pada masyarakat pedesaan, wayang golek dapat dijadikan alat untuk mengukur status sosial seseorang. Artinya, apabila di kampung mereka ada orang yang menanggap wayang golek, apalagi dalangnya ternama, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang berada.

Sebagai teater, wayang golek merupakan seni pertunjukan yang amat komplek sebab di dalamnya terdapat berbagai cabang seni seperti seni rupa, seni sastra, seni suara, seni musik, dan seni tari. Demikian juga dengan cara penyajiannya, wayang golek tidak cukup hanya dimainkan oleh seorang dalang tetapi membutuhkan personel pendukung yang kadang-kadang melebihi 20 orang. Personel pendukung itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, namun semuanya tetap harus mendukung dalang sebagai pusat pertunjukan. Karena itu, dalam pergelaran wayang golek semua personel harus menjadi satu kesatuan yang utuh dan padu agar semua dapat berjalan dengan sempurna. (Sumber : Citra Lintas Nusantara)
Selengkapnya......

5.29.2008

Penidakluluhan Huruf k, p, t, dan s

Anda masih ingat dua minggu yang lalu, kami telah menyajikan materi tentang pengimbuhan awalan me- dengan kata dasar yang memilki huruf pertama k, p, t, dan s. Huruf-huruf tersebut mengalami peluluhan seperti pada kata mengabari (dari kata dasar kabar), memerangi (dari kata dasar perang), manahan (dari kata dasar tahan), dan menyalin (dari kata dasar salin).

Pembahasan kali ini kami akan menyajikan yang berbeda dari sebelumnya yakni penidakluluhan huruf k, p, t, dan s sebagai huruf pertama pada kata dasar yang mendapat awalan me-.

Berikut ini adalah kata-kata yang tidak mengalami peluluhan - mengkhawatirkan (kata dasar - khawatir)
- mengkhayal (kata dasar - khayal)
- mengkhinati (kata dasar - khianati)
- mengklaim (kata dasar - klaim)
- mengkreditkan (kata dasar - kredit)
- memprakarsai (kata dasar - prakarsai)
- mempraktikkan (kata dasar - praktik)
- memprediksi (kata dasar - prediksi)
- memproklamasikan (kata dasar - proklamasi)
- memproyeksikan (kata dasar - proyeksi)
- mensponsori (kata dasar - sponsor)
- menstabilkan (kata dasar - stabil)
- menstandarkan (kata dasar - standar)
- menstratakan (kata dasar - strata)
- menstrukturkan (kata dasar - struktur)
- mentradisikan (kata dasar - tradisi)
- mentransfer (kata dasar - transfer)
- mentransformasikan (kata dasar - transformasi)
- mentranskripsikan (kata dasar - transkripsi)
- mentransmigrasikan (kata dasar - transmigrasi)

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa huruf k, p, s, dan t sebagai huruf pertama kata dasar tidak mengalami peluluhan karena huruf k, p, s, dan t merupakan gugus konsonan yang ada di awal kata tersebut, seperti gugus konsonan kh, kl, kr, pr, sp, st, str, dan tr. Umumnya gugus konsonan tersebut ada pada kata-kata yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing

Selain unsur serapan yang berasal dari bahasa asing, penidakluluhan ini juga berlaku pada gabungan imbuhan seperti memper, karena mem- dan per- sama-sama sebagai awalan. (Suhaeni 29/5)

Selengkapnya......

5.28.2008

Pertanyaan Kebahasaan

Sebuah pertanyaan kebahasaan menarik dari pengguna bahasa Indonesia yang taat.
Mengenai:
Pusat Pendidikan dan Latihan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan?
Badan Pendidikan dan Latihan atau Badan Pendidikan dan Pelatihan?

Jawaban:
Jika pendidikan itu diartikan 'proses mendidik' dan didikan diartikan 'hasil mendidik' dengan taat asas 'proses melatih' akan menjadi pelatihan,dan latihan akan diartikan 'hasil melatih,yang dilatihkan'. Sejalan dengan itu, yang benar adalah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan, bukan Pusat Pendidikan dan Latihan
Badan Pendidikan dan Pelatihan, bukan Badan Pendidikan dan Latihan (dwisondari:28/5)
. Selengkapnya......

5.27.2008

Benarkah Bahasa yang Menentukan Corak Suatu Masyarakat ?


Kita ketahui bersama bahwa fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa adalah wahana yang kita gunakan dalam kita berinteraksi antaranggota. Dengan demikian, setiap anggota atau masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial tersebut. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Berkaitan dengan itu, mana yang lebih dulu ada, bahasa atau masyarakat? Mana yang lebih menentukan dari keduanya? Bahasa menentukan corak suatu masyarakat, atau masyarakat menentukan corak suatu bahasa? Umumnya orang cenderung memilih jawaban yang kedua yakni masyarakat menentukan corak suatu bahasa”.

Berbeda dengan pendapat di atas, ada dua orang ahli, Whorf dan Sapir berpendapat bahwa bahasalah yang menentukan corak suatu masyarakat. Pendapat ini dinyatakan melalui hipotesisnya yang terkenal dengan nama hipotesis Whorf-Sapir. Beranjak dari hipotesis ini, ada sebuah artikel dalam suatu media massa yang isinya agak provokatif yakni, ”Bahasa yang Merusak Mental Bangsa”. Ada tiga persoalan dalam bahasa Indonesia yang dikemukakan dalam artikel tersebut yaitu: (1) masalah kata sapaan, (2) masalah kala (tenses), dan (3) salam (greeting).


Masalah Kata Sapaan. Kata sapaan dalam bahasa Indonesia (Bapak, Ibu, Saudara) meminjam kata dari perbendaharaan hubungan kekerabatan/famili (bapak, ibu, saudara). Hal ini tampaknya ada suatu dampak yang signifikan, yakni mengakibatkan masyarakat pemakainya memiliki sifat familier dan nepotis. Mungkinkah berkembangnya nepotisme di negeri ini disebabkan oleh perilaku bahasa ? Jawabannya masih harus dikaji secara cermat dengan data yang lengkap.

Masalah Kala. Masalah kedua yang juga dikemukakan dalam artikel tersebut adalah masalah kala (tenses). Bahasa Indonesia sebagai bahasa tipe aglutinatif memang tidak mengenal kala (tenses). Hal ini telah mengakibatkan masyarakatnya kurang begitu peduli waktu dan kurang menghargai waktu atau kurang disiplin dalam masalah waktu. Kenyataan memang banyak yang menunjukkan kebenaran prasangka demikian. Jam karet memang hampir merupakan budaya bangsa. Akan tetapi apakah penyebabnya memang betul dari perilaku bahasa Indonesia yang tidak mengenal tenses ? Apakah bahasa-bahasa lain yang setipe dengan bahasa Indonesia perilaku bangsanya juga sama dengan perilaku bangsa Indonesia? Jawabannya sudah barang tentu tidak spontanitas, tetapi harus diteliti dan dibuktikan dengan data yang lengkap dan otentik.

Masalah Salam. Salam kita yang paling populer adalah Apa kabar ? atau Halo, apa kabar ? Yang menjadi persoalan adalah samakah perilaku bangsa yang menggunakan salam Apa kabar ? dengan perilaku bangsa yang menggunakan salam How do you do ? Dampak pemakaian kata do tampaknya berbeda dengan pemakaian kata Apa kabar ? Kata do memiliki sugesti untuk berbuat sesuatu, sedangkan apa kabar memiliki sugesti untuk ”memburu berita”.
Bangsa yang menggunakan How do you do ? sangat terbiasa bekerja dan bekerja, misalnya di dalam perjalanan dengan bus atau kereta api selalu tidak luput dari aktivitas membaca buku. Sebaliknya, bangsa yang menggunakan salam Apa kabar ? sangat umum dijumpai selalu ngobrol di dalam perjalanan yang sejenis. Apakah ini merupakan bukti bahwa perilaku bangsa ini telah ditentukan oleh perilaku bahasanya, khususnya dalam menggunakan salam ? Jawabannya harus diteliti lebih lanjut, agar ketahuan benar salahnya hipotesis Whorf-Sapir tersebut (Suhaeni:26/4).

Selengkapnya......

Mudahkah Belajar Bahasa Indonesia ?


Banyak orang mengatakan bahwa bahasa Indonesia mudah dipelajari. Pendapat itu mungkin ada benarnya ketika dibandingkan dengan mempelajari sebuah bahasa yang memiliki bentuk huruf yang berbeda, bukan huruf Latin, seperti bahasa China yang menggunakan bentuk yang dikenal dengan karakter atau ketika mempelajari bahasa Rusia yang memiliki bentuk-bentuk huruf yang berbeda pula. Ada juga yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia termasuk bahasa yang sulit dipelajari.

Bahasa Indonesia masuk dalam kategori bahasa yang hidup, artinya masih berkembang, masih menerima/memungut kata-kata asing atau daerah untuk memperkaya khazanah kosa katanya. Kita harus dapat memberikan perhatian yang lebih pada perkembangan bahasa nasional kita. Karena jika tidak, kita tidak akan dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangannya, malah mungkin kita terhanyut oleh arus salah kaprah yang dewasa ini banyak dijumpai dalam pemakaian bahasa kita.

Jangan menganggap bahasa Indonesia itu mudah! Yang mudah adalah bahasa Indonesia tutur (lisan) yang kita gunakan dalam penuturan sehari-hari, tetapi penerapan bahasa Indonesia resmi yang baku dalam kehidupan kita tidaklah semudah perkiraan orang.


Banyak orang Indonesia tidak menyadari sikapnya terhadap bahasa nasional yang digunakannya. Mereka akan sangat merasa malu bila tidak dapat melafalkan kata-kata asing benar, namun tidak terlalu peduli terhadap penggunaan atau pengua dengan saan bahasa Indonesianya. Sikap yang tidak baik itulah salah satu pen yebab terjadinya kerancuan-kerancuan (salah kaprah) dalam bahasa Indonesia. Sebuah contoh, saya adalah seorang instruktur bahasa Indonesia. Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang berstruktur bahasa Indonesia asli, tetapi telah dipengaruhi oleh struktur bahasa Belanda atau Inggris. Kata ‘adalah’ dalam kalimat itu diterjemahkan dari kata kerja gabung ‘zijn’ (Belanda) atau ‘to be’ (Inggris), sedangkan kata ‘adalah’ dalam bahasa Indonesia tidaklah mutlak penggunaannya.

Contoh lain, kantor di mana kami bekerja adalah gedung bertingkat empat. Kata ‘di mana’ diterjemahkan dari kata ‘waar’ (Belanda) atau ‘where’ (Inggris). Kalimat ini bila distrukturkan ke dalam bahasa Indonesia asli akan menjadi : kantor tempat kami bekerja gedung bertingkat empat. (Astri 0408)
Selengkapnya......

5.23.2008

Selamat Hari Raya Waisak

Kami keluarga besar Subpok Bahasa Indonesia mengucapkan "Selamat Hari Raya Waisak" bagi Anda yang merayakannya.


Selengkapnya......

Suka atau Sering ?

Di dalam bahasa percakapan kita sering mendengar orang mengucapkan kata suka dan kata sering, seperti pada kalimat berikut.

1. Saya suka/sering lupa waktu kalau lagi asyik bekerja.Pada kalimat itu, baik suka maupun sering, dapat digunakan bergantian karena dalam percakapan salah satu makna kata suka ialah 'sering'.Dalam bahasa resmi, pemakaian kedua kata itu harus dibedakan dengan cermat sebab makna keduanya memang berbeda.
Pada contoh berikut suka tidak dapat digantikan oleh sering karena sering berarti 'acapkali' atau 'kerapkali'.


2. a. Dia adalah teman dalam suka dan duka.
b. Saya suka akan tindakannya.
c. Ambillah kalau Anda suka.
d. Jarang sekali ada ibu yang tidak suka akan anaknya.Pada contoh (2a), kata suka bermakna 'girang', 'riang', atau 'senang'; pada (2b) berarti 'senang'; pada (2c) berarti 'mau', 'sudi', atau 'setuju';pada (2d) berarti 'sayang'. (psbdiknas) Selengkapnya......

Jangan Lupa Kopi, Teh, Susu !

Menikmati kopi, teh, dan susu pada pagi hari sambil membaca berita-berita aktual dari surat kabar sangat mengasyikkan. Mengapa tidak, sambil mata kita menelusuri kata demi kata artikel yang kita baca untuk memahami isinya, mulut kita menghirup kopi susu atau teh manis yang telah tersedia, oh... luar biasa.Namun sayang, kopi, teh, dan susu yang dimaksud dalam tulisan ini tidak sama dengan kopi, teh, dan susu yang kita nikmati pada pagi hari. Walaupun demikian, ada sedikit persamaan yakni sama-sama membuat kita segar dan akhirnya membuat kita ingat akan sesuatu.

Kata kopi, teh, dan susu adalah kata-kata yang digunakan sebagai cara yang mudah untuk mengingat peraturan gramatikal dalam bahasa Indonesia khususnya masalah afiksasi. Anda masih ingat ? Mengapa kata karang menjadi mengarang, pukul menjadi memukul, tunggu menjadi menunggu, dan sapu menjadi menyapu. Kata karang menjadi mengarang karena kata dasar tersebut mendapat prefiks/awalan me- sehingga huruf pertama k pada kata karang tersebut luluh dan me- berubah menjadi meng-. Demikian juga kata pukul menjadi memukul, karena huruf pertama kata dasar tersebut adalah p, maka setelah mendapat awalan me- , p luluh dan awalan me- berubah menjadi mem- . Huruf t pada kata tunggu termasuk huruf yang luluh apabila mendapat awalan me- dan me- berubah menjadi men-. Sama halnya dengan proses afiksasi pada ketiga kata di atas, huruf s pada kata sapu juga mengalami peluluhan setelah diimbuhkan dengan awal me- dan me- berubah menjadi meny-.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua kata dasar yang memiliki huruf pertama k , p , t, dan s ( kopi, teh, dan susu ) mengalami peluluhan apabila kata-kata tersebut mendapat awalan me- .

Baik, sekali lagi saya ingatkan, jangan lupa meluluhkan huruf pertama k , p , t , dan s dalam proses afiksasi atau pengimbuhan khususnya dalam menggunakan awalan me-, atau ingat saja kopi, teh, dan susu ! (Suhaeni : 12/8)
Selengkapnya......

JANGAN BERGEMING SAJA….!

Pernahkah Anda mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat …. dia tidak bergeming dan tidak mau merubah pendapatnya …. ?
Kalimat tersebut diucapkan dengan maksud untuk menyatakan bahwa dia tetap/diam pada pendirian/pendapatnya dan tidak mau menggantinya. Benarkah makna kata tidak bergeming sama dengan diam ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia makna kata bergeming adalah diam. Bila kita bubuhkan kata ‘tidak’ pada kata tersebut maka pengertiannya adalah tidak diam. Jadi pengertian kalimat di atas menjadi …. dia tidak diam untuk mempertahankan pendapatnya …. Berarti tidak sesuai dengan maksud yang hendak disampaikan. Kalimat yang benar untuk mengungkapkan makna bahwa seseorang diam atau tetap pada pendidiriannya dengan menggunakan kata ‘bergeming’ seperti kalimat di atas, akan menjadi ….. dia bergeming dan tidak mau merubah ….

Pada kalimat di atas penggunaan kata berimbuhan merubah mengandung kesalahan. Kata dasar kata tersebut adalah ubah bukan rubah. Kata ubah bila diimbuhi awalan ber- akan menjadi berubah. Bila dibubuhi awalan me- akan menjadi mengubah bukan merubah. Demikian pula dengan penggunaan kata mengobah dan berobah karena bentuk kata ''obah' bukanlah bentuk yang baku.(Astri 0408)
Selengkapnya......

MARI BELAJAR BAHASA INDONESIA !

Bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional bangsa Indonesia. Namun, sudahkah kita berbahasa Indonesia dengan baik dan benar? Sering kita mendengar imbauan agar kita menggunakan bahasa nasional kita dengan baik dan benar. Gaungnya akan terdengar keras, terutama menjelang peringatan bulan bahasa (bulan Oktober), melalui berbagai media.


Banyak orang Indonesia menganggap bahwa mereka telah dapat berbahasa Indonesia, ada pula yang menganggap bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari karena bahasa Indonesia telah mereka gunakan sejak mereka pertama kali dapat berbicara, dan banyak alasan lainnya yang diungkapkan sebagai pembenaran tidak pentingnya mempelajari bahasa Indonesia.
Sungguh disayangkan alasan-alasan tersebut masih dilontarkan oleh orang-orang Indonesia. Pada kenyataannya, masih banyak penutur (orang Indonesia) bahasa Indonesia tidak menyadari atau bahkan mengabaikan kaidah-kaidah berbahasa Indonesia dengan baik dan benar ketika berkomunikasi.


Sangat ironis ketika generasi muda bangsa Indonesia meremehkan mata pelajaran bahasa Indonesia, namun pada saat lainnya menganggap momok manakala harus menghadapinya sebagai materi pelajaran yang diujikan.



Pentingkah bahasa Indonesia ? Jawaban sebenarnya adalah ’penting’. Perlukah kita mempelajari bahasa Indonesia ? Jawaban seharusnya adalah ’sangat perlu’. Mengapa ? Sebagai bangsa Indonesia sudah sewajarnyalah kita mempelajari bahasa Indonesia agar kita dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas bangsa Indonesia, bila dianalogikan : tidak menggunakan bahasa Indonesia dapat diartikan kita menghilangkan jati diri kita. Pantas bila akhir-akhir ini banyak identitas kita diakui oleh bangsa lain karena sebagai pemiliknya kita tidak menjaga dan memeliharanya dengan baik dan benar. Mari kita belajar bahasa Indonesia agar tidak kehilangan salah satu jati diri kita ! (Astri-0408)
Selengkapnya......

Ekspedisi 92 Pulau Terluar di Indonesia


Memperingati hari 100 thn Kebangkitan Nasional, Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri akan menjelajahi 92 pulau terluar Republik Indonesia. Ekspedisi bertajuk Garis Depan Nusantara ini akan memakan waktu satu tahun penuh dengan perkiraan biaya Rp. 5 miliar.

Selain berlayar, tim ekspedisi juga akan melakukan studi ekonomi, sosial dan budaya tentang kondisi pulau-pulau terluar.

Kapal yang akan menemani para petualang ini diberi nama KM Deklarasi Djuanda. Kapal berbobot 40 DWT ini dapat berlayar hingga kecepatan 16 km per jam.

“Semoga namanya dapat mengingatkan kita pada semangat persatuan, kesatuan dan integritas bangsa,” ujar Menhub Jusman Syafii Djamal saat melepas para petualang ini di dermaga Marina Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Jusman juga sempat menyiram air doa kepada 14 anggota tim ekspediisi yang akan berlayar ke bagian barat Indonesia untuk menjelajah 34 pulau.

Sebagai titik awal tim akan berlayar ke pulau batu kecil di Lampung dan ditutup ke Pulau Natuna. (detik.com)
Selengkapnya......

5.07.2008

Benarkah Penulisan “Dirgahayu HUT RI Ke-63” ?

Setiap menjelang peringatan hari kemerdekaan Repuplik Indonesia, hari ulang tahun instansi ataupun hari ulang tahun sebuah organisasi banyak dijumpai tulisan yang mengungkapkan ucapan ”Selamat Ulang Tahun Republik Indoneasi” atau ”Selamat Ulang Tahun Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Pertahanan (Badiklat Dephan)”. Ungkapan itu dalam pemakaiannya sangat bervariasi. Namun, dari berbagai variasi itu ada diantaranya yang penulisannya kurang cermat, seperti contoh di bawah ini.
1. Dirgahayu HUT RI Ke-63
2. Dirgahayu HUT Badiklat Dephan Ke-26
3. HUT RI Ke-63
4. HUT Ke XXVI Badiklat Dephan
Bentuk tulisan pada contoh di atas dianggap kurang cermat karena dapat menimbulkan salah tafsir. Pada ungkapan no. 1, kesalahan terletak pada penempatan kata dirgahayu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata dirgahayu berarti ’panjang umur’ atau ’berumur panjang’. Jika dihubungkan dengan makna yang didukung oleh HUT, pemakaian kata dirgahayu kurang tepat karena mempunyai arti ’panjang umur Hari Ulang Tahun’ atau ’berumur panjang Hari Ulang Tahun’. Padahal yang diberi ucapan panjang umur adalah RI-nya bukan HUT-nya. Oleh karena itu, agar dapat mendukung pengertian secara tepat, susunan ungkapan dirgahayu HUT diubah menjadi dirgahayu RI tanpa harus diikuti dengan HUT Ke-63. Jika HUT Ke-63 digunakan, maka kata dirgahayu tidak digunakan sehingga menjadi ”HUT Ke-63 RI” bukan ”HUT RI Ke-63. Demikian juga pada ungkapan no.2. Sebaiknya ungkapan tersebut diuabah menajadi ”Dirgahayu Badiklat Dephan” atau ” Selamat Hari Ulang Tahun Ke-26 Badiklat Dephan.


Bentuk tulisan ”HUT RI Ke-63” yang terdapat pada contoh no.3 juga dianggap kurang cermat karena ditafsirkan bahwa di negara kita sekurang-kurangnya ada 63 negara RI, dan yang sedang berulang tahun pada saat itu adalah RI Ke-63 bukan RI Ke-10 atau RI Ke-20. Padahal kita Cuma punya satu negara Republik Indonesia. Dalam penyusunan kata yang cermat sebaiknya tulisan bilangan tingkat ke-63 diletakkan setelah HUT (seperti pembahasan di atas). Jadi penulisan yang benar adalah ”HUT Ke-63 RI”.
Penulisan angka romawi pada contoh no.4 kurang tepat. Berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) penulisan angka romawi tidak menggunakan prfiks/awalan ke. Oleh karena itu, penulisan ke pada contoh no.4 harus dihilangkan menjadi HUT XXVI Badikalat Dephan.
Berdasarkan uraian di atas, contoh ungkapan no.1, 2, 3, dan 4 diubah menjadi ungkapan yang tepat sebagai berikut :
1. Dirgahayu RI atau HUT Ke-63 RI
2. Dirgahayu Badiklat Dephan atau HUT Ke-26 Badiklat Dephan
3. HUT Ke-63 RI
4. HUT Ke-26 Badiklat Dephan
Di samping ungkapan-ungkapan di atas, masih banyak ungkapan lain yang dapat digunakan antara lain :
1. Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia
2. Dirgahayu Kemerdekaan Kita.
Selengkapnya......