Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir dan batin

8.26.2008

Radio Streaming Berbahasa Jawa

Sekarang telah muncul radio streaming yang berbahasa Jawa. Mungkin istilah radio streaming terdengar biasa karena dalam dunia maya, radio streaming (biasanya juga disebut dengan radio internet). Singkatnya radio streaming adalah station radio yang siarannya dapat didengarkan melalui internet di komputer kita. Tetapi hal itu menjadi sesuatu yang tidak biasa karena radio tersebut berasal dari salah satu negara di Amerika Selatan, tepatnya di negara Suriname.

Dalam radio ini, semua dialog yang dipergunakan baik berita, lagu-lagu, maupun iklan menggunakan bahasa Jawa, walaupun sesekali disisipi bahasa Belanda.

Menurut sebuah sumber, bahasa Jawa yang digunakan di Suriname agak sedikit berbeda dengan bahasa Jawa yang digunakan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebab bahasa Jawa yang digunakan di Suriname hanya diwariskan secara turun-temurun, mulai dari orang Jawa yang datang ke Suriname melalui perbudakan di zaman penjajahan Belanda lebih dari 100 tahun yang lalu. Sampai sekarang, sudah tiga generasi yang pernah hidup di negara tersebut. Bahasa Jawa tersebut bukan bahasa Jawa halus atau kromo inggil seperti bahasa Jawa di Yogyakarta, tetapi bahasa Jawa yang sedikit kasar atau ngoko.

Orang Jawa datang ke Suriname dengan banyak cara, tapi ada juga yang dipaksa atau diculik dari desa-desa oleh Belanda saat itu. Tak hanya orang Jawa saja yang dibawa, namun ada juga orang Madura, Sunda, Batak, dan daerah lainnya yang semua keturunannnya menjadi orang Jawa alias Jawa Suriname.

Bukan hanya bahasa Jawa saja yang diwariskan kepada generasi selanjutnya dari komunitas bangsa Jawa Suriname ini, melainkan juga budaya dan semua hal menyangkut Jawa turut dikembangkan di Suriname, termasuk Wayang.

Nah, penasaran seperti apa logat bahasa Jawa ala Suriname? Anda bisa klik gambar di bawah ini untuk mendengarkan radio streaming berbahasa Jawa Suriname.




Selengkapnya......

8.21.2008

Widyawisata

Tanggal 19 Desember lalu, siswa Kursus Intensif Bahasa Indonesia Tk Dasar ke-47 dan instruktur beserta staf subpok Indonesia melaksanakan widyawisata ke Taman Safari. Baru seperempat perjalanan, melewati pintu tol Cibubur, bis mendadak 'bermasalah' dan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena beresiko. Mau tidak mau kami harus menunggu bis pengganti. Meskipun cukup menyita waktu, tetapi waktu menunggu tidak terasa membosankan karena diselingi canda tawa.

Setelah bis pengganti datang, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Mendekati kawasan Cisarua, kemacetan mulai terjadi. Panas dan lapar mulai terasa. Untunglah, pada akhirnya kami tiba juga di kawasan Taman Safari. Udara segar dan sejuk seketika menyeruak. Ah,nikmat....sekali. Cape pun langsung hilang.

Usai membeli tiket,kami mulai 'mengunjungi' aneka satwa koleksi Taman Safari. Sepanjang perjalanan, siswa tampak antusias sekali (meskipun beberapa sebelumnya pernah mengunjungi Taman Safari). Hampir setiap momen diabadaikan oleh kamera atau kamera hp yang dibawa oleh setiap siswa. Hampir setiap saat pula kami tertawa karena siswa saling 'mengejek' satu sama lain. Misalnya ketika tiba di kandang orang utan,Pak Bandhul (siswa dari India) memanggil "Kun...,Kun..." untuk mengolok-olok Pak Kun Vuthy (siswa dari Kamboja). "Ayo,Pak Kun...,mana yang perempuan dan mana yang laki-laki..? begitu olok-olok siswa. Bukan Pak Kun namanya kalau tidak membalas dan tetap santai. Dengan enteng dia menjawab,"Yang besar itu pasti laki-laki, yang kecil pasti perempuan...". Kami pun langsung gerrr....

Setelah semua satwa telah kami datangi, sampailah kami di tempat rekresi Taman Safari. Awalnya kami berencana untuk makan siang, tetapi kami harus menunda karena mengejar waktu untuk menonton pertunjukkan anjing laut dan live 'Cowboy Show'.

Sepulangnya dari 'Cowboy Show', hujan rintik-rintik mulai turun. Makan siang pun semakin terasa nikmat. Para siswa tampak senang karena mendapat fasilitas makan siang gratis.Selesainya makan siang, kami sempat mampir ke zona baby zoo. Kebanyakan siswa ternyata belum pernah masuk ke zona tersebut.

Akhirnya,baby zoo menjadi ujung perjalanan wisata kami. Sebelum meninggalkan Tanan Safari tak lupa kami membuat kenang-kenangan dengan berpose tepat di depan exit baby zoo.

Sesampainya di bis, melihat kami semua kelihatan lelah dan kantuk, Pak Bandhul mengucapkan "Selamat tidur semuanya........" lalu terdiam sejenak. Kemudian sambungnya lagi "Tapiii.....tidak untuk Anda," katanya sambil tersenyum panjang kepada Anton,supir bis kami.
Selengkapnya......

8.20.2008

Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia

Kalau kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sejak dulu sampai sekarang, tidak terlepas dari perkembangan ejaannya. Kita ketahui bahwa beberapa ratus tahun yang lalu bahasa Indonesia belum disebut bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Nama Indonesia itu baru datang kemudian.

Kita masih ingat pada masa kerajaan Sriwijaya, Ada beberapa prasasti yang bertuliskan bahasa Melayu Kuno dengan memakai huruf Pallawa (India) yang banyak dipengaruhi bahasa Sanskerta, seperti juga halnya bahasa Jawa Kuno. Jadi bahasa pada waktu itu belum menggunakan huruf Latin. Bahasa Melayu Kuno ini kemudian berkembang pada berbagai tempat di Indonesia, terutama pada masa Hindu dan masa awal kedatangan Islam (abad ke-13). Pedagang-pedagang Melayu yang berkekeliling di Indonesia memakai bahasa Melayu sebagai lingua franca , yakni bahasa komunikasi dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan antarnegara dalam bidang ekonomi dan politik.

Lingua franca ini secara merata berkembang di kota-kota pelabuhan yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan. Banyak pedagang asing yang berusaha untuk mengetahui bahasa Melayu untuk kepentingan mereka. Bahasa Melayu ini mengalami pula penulisannya dengan huruf Arab yang juga berkembang menjadi huruf Arab-Melayu. Banyak karya sastra dan buku agama yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Huruf ini juga dijadikan sebagai ejaan resmi bahasa Melayu sebelum mulai digunakannya huruf Latin atau huruf Romawi untuk penulisan bahasa Melayu, walaupun masih secara sangat terbatas.

Ejaan latin untuk bahasa Melayu mulai ditulis oleh Pigafetta, selanjutnya oleh de Houtman, Casper Wiltens, Sebastianus Dancaert, dan Joannes Roman. Setelah tiga abad kemudian ejaan ini baru mendapat perhatian dengan ditetapkannya Ejaan Van Ophuijsen pada tahun 1901.

Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo, yang sembilan tahun kemudian terwujud dalam sebuah Putusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan baru. Perubahan tersebut terlihat, antara lain, seperti di bawah ini.


Van Ophuijsen 1901 : boekoe, ma’lum, ’adil, mulai, masalah, tida’, pende’

Soewandi 1947 : buku, maklum, adil, mulai, masalah, tidak, pendek

Perubahan Ejaan bahasa Indonesia ini berlaku sejak ditetapkan pada tahun 1947. Waktu perubahan ejaan itu ditetapkan rakyat Indonesia sedang berjuang menentang kembalinya penjajahan Belanda. Penggunaan Ejaan 1947 ini yang lebih dikenal sebagai Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, sebenarnya memancing reaksi yang muncul setelah pemulihan kedaulatan (1949). Reaksi ini kemudian melahirkan ide untuk mengadakan perubahan ejaan lagi dengan berbagai pertimbangan mengenai sejumlah kekurangan.

Gagasan mengenai perubahan ejaan itu muncul dengan nyata dalam Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954). Waktu itu Menteri Pendidikan dan Kebudajaan adalah Mr. Muh. Yamin. Dalam kongres itu dihasilkan keputusan mengenai ejaan sebagai berikut :
1. Ejaan sedapat-dapatnya menggambarkan satu fonem dengan satu huruf.
2. Penetapan ejaan hendaknya dilakukan oleh satu badan yang kompeten.
3. Ejaan itu hendaknya praktis tetapi ilmiah.

Keputusan kongres ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah, yang menghasilkan konsep sistem ejaan yang disebut Ejaan Pembaharuan. Namun Ejaan ini tidak dapat dilaksanakan karena adanya beberapa huruf baru yang tidak praktis,yang dapat memengaruhi perkembangan ejaan bahasa Indonesia.

Terilhami oleh Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954), diadakan pula kongres bahasa Indonesia di Singapura (1956) yang menghasilkan suatu resolusi untuk menyatukan ejaan bahasa Melayu di Semenanjung Melayu dengan ejaan bahasa Indonesia di Indonesia. Perkembangan selanjutnya dihasilkan suatu konsep ejaan bersama yang diberi nama Ejaan Melindo (Ejaan Melayu-Indonesia). Namun, rencana untuk meresmikan ejaan ini pada tahun 1962 mengalami kegagalan karena adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia beberapa tahun kemudian.

Pada tahun 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) membentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono dan mengusulkan konsep baru sebagai ganti konsep Melindo.
Pada tahun 1972, setelah melalui beberapa kali seminar, akhirnya konsep LBK menjadi konsep bersama Indonesia-Malaysia yang seterusnya menjadi Sistem Ejaan Baru yang disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kalau kita beranalogi dengan Ejaan Van Ophuijsen dan Ejaan Soewandi, EYD dapat disebut Ejaan Mashuri, karena pada waktu itu Mashuri sebagai Mnteri Kebudayaan memperjuangkan EYD sampai diresmikan oleh presiden.

Ada empat ejaan yang sudah diresmikan pemakaiannya yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901)
2. Ejaan Soewandi (1947)
3. Ejaan Yang Disempurnakan (1972)
4. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (1975)

Sistem ejaan yang belum atau tidak sempat diresmikan oleh pemerintah adalah :
1. Ejaan Pembaharuan (1957)
2. Ejaan Melindo (1959)
3. Ejaan LBK (1966)


(Suhaeni)


Selengkapnya......

8.07.2008

Ulang Tahun

Selasa lalu, ibunda kami; ibu Suhaeni merayakan ulang tahunnya yang ke... (beliau lahir tahun 1961). Diam-diam siswa telah mempersiapkan semuanya, termasuk membeli birthday cake beserta lilinnya. Sebelum makan siang, seluruh siswa dan staf berkumpul di ruangan subpok. Kami semua menyanyikan lagu 'Happy Birthday" kemudian Ibu Eni dipersilakan memotong kuenya dan mendapat pula kesempatan pertama untuk memakan kue tersebut. Satu persatu yang hadir mendapat sepotong kue. Hmm... yummy....
Setelah semua selesai makan, Ibu Eni berkata,"Mari kita kembali ke kelas..". Hehehe.. padahal siswa berharap dapat potongan selanjutnya, yakni potongan jam pelajaran alias tidak ada pelajaran selanjutnya.

Seandainya birthday cake-nya lebih besar, mungkin bisa lebih lama diskon waktunya Pak... (kata saya dalam hati).

"Selamat ulang tahun Ibu Eni. Semoga sehat selalu dan senantiasa diberi kebahagiaan."
Selengkapnya......